Blog, Passenger

Proses Panjang Perancangan FrogsID – Asro Nasiri

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Mekipun pesawat tanpa awak membutuhkan orang-orang dengan kemampuan dibidang indutri pesawat untuk mengolahnya, pesawat dengan teknologi baru ini tidak lepas dari tenaga IT. Technology yang terus berkembang hingga saat ini lah yang membuat inovasi drone penumpang ini dapat diwujudkan. Tidak ada kata tidak mungkin selama teknologi terus berkembang. Perkembangan teknologi membawa kita untuk terus berinovasi dan menciptakan alat-alat baru untuk kemudahan hidup di masa depan. FrogsID pun ikut serta mengembangkan teknologi tersebut untuk membuat suatu transportasi yang berarti. Dibalik pengembangan drone berpenumpang ini, ada salah satu tim Bapak Asro Nasiri yang menangani beberapa hal di Frogs meliputi Support IT, Autonomy System, dan Administrasi. Posisi Bapak Asro di Frogs ini sendiri sebagai Chief Certification Officer.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_single_image image=”1052″ img_size=”full” alignment=”center”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]Projek FrogsID ini dimulai pada bulan September 2017 setelah tim dengan masing-masing skill terkumpul semuanya. Hingga saat ini dari sisi struktur Frogs sudah sampai di aplikasi design. Sedangkan dari sisi autonomy system, semua perangkat sudah dipersiapkan dan akan segera dilakukan testing di minggu ini. Setelah struktur selesai, kita lakukan instalasi di struktur tersebut kemudian dilakukan integration test. Untuk test ini sendiri ada 3 jenis test, yaitu simulation test untuk sebagian test yang tidak bisa dilakukan di ground atau di flat seperti engine fill. Kemudian ada pula ground test, yaitu fungsional test yang bisa dicoba dulu di flat. Secara fungsi properly atau tidak, baru kemudian fly test.

Fase dalam Frogs ini yang pertama bernama DRNO (Design Requirement and Objective). Dalam hal ini, kita ingin membuat wahana seperti apa, berapa penumpang yang akan dibawa, ketika menjadi cargo, load barang berapa yang akan dibawa, durasi terbang berapa menit, jarak tempuh berapa, terbang di ketinggian berapa feet, itu semua yang ada di DRNO. Setelah DRNO selesai baru masuk ke conceptual. Setelah itu kita membuat requirement, hingga setiap aspek ini memiliki requirement yang jelas. Setelahnya kita lakukan assembly instalasi. Setelah assembly selesai dilanjutkan simulation test, ground test, dan fly test. Dalam fly test pun dibutuhkan beberapa hour untuk menentukan apakah pesawat sudah sesuai dengan spesifikasi.

Untuk autonomy system memungkinkan pesawat melakukan perjalanan dari point to point tanpa ada pilot. Jadi dari awal kita sudah menentukan pesawat ini akan terbang kemana, lalu kita tentukan pointnya dan di eksekusi, lalu pilot akan mengikuti path-nya. Lalu di kokpit sendiri sudah disediakan device elektronik instrument system atau information system. Information system ini digunakan untuk informasi ke passengers ketika terbang dalam ketinggian berapa. Selain itu, kita juga punya ground session untuk memonitor perjalanan pesawat, terutama untuk safety pesawat dimana kita harus mengeluarkan parasut atau landing darurat. Kemudian yang terakhir, kita juga menyiapkan aplikasi air taxi yang digunakan untuk order. Penumpang akan order menggunakan aplikasi tersebut, kemudian drone akan datang menuju penumpang tersebut.

Sejauh ini rencana pembuatan air taxi ini cukup lancar dan tidak jauh dari rencana awal. Dalam tim kita ini tentunya sangat dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mendapatkan hasil akhir yang baik pula. Karena kesinambungan dari proses satu dengan proses lainnya pun tidak bisa berjalan tanpa adanya kerjasama. Dalam pembuatan drone passengers ini pun kita sangat mengedepankan safety. Dari awal pembuatan drone ini kita memikirkan safety dari berbagai aspek. Sedangkan mendapatkan sertifikasi safety pun tidak bisa kita dapatkan dalam waktu yang sebentar.

Dalam proses sertifiaksi safety ini kita harus mengejar type certificate partisi. Itu merupakan satu approval kita bisa memproduksi design, setelah mendapatkan approval design, kita melalukan produksi dan mendapatkan sertifikasi production untuk memastikan bahwa kita menduplikasi design tersebut harus sama dalam jumlah berapa pun. Setelah itu dilanjutkan sertifikasi operasional, sehingga kita bisa meng-compare terhadap aturan bahwa ini secara operasional bisa aman dari take off hingga landing. Dengan demikian proses sertifikasi untuk terbang pun bisa kita dapatkan.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *